UTUSANINDO.COM, Sijunjung -Wakil Bupati Sijunjung Iraddatillah bersama Rektor UM Sumbar, Riki Saputra, meresmikan Museum Rumah Kecil Ahmad Syafi’i Ma’arif di Jorong Calau, Nagari Sumpur Kudus Selatan, Senin (19/9) kemaren
Seperti diketahui, Buya Syafi’i berasal dari Jorong Calau. Ia menghabiskan masa kecilnya di rumah tersebut, terutama semasa Sekolah Rakyat (SR).
Rumah tersebut merupakan rumah gadang berusia tua dan Syafi’i kecil tinggal bersama keluarga ayahnya, atau dalam bahasa lokal disebut Bako.
Iraddatillah mengapresiasi peresmian museum ini. Menurutnya, peresmian ini membuat langkah Pemkab Sijunjung dalam mengusulkan Syafi’i Ma’arif sebagai pahlawan nasional menjadi sejalan.
“Ini menjadi spirit bagi kita semua bagaimana perjalanan beliau di mulai dari rumah ini untuk kemudian menjadi guru bangsa,” sebuy Wabup.
Ia mengatakan, rumah ini akan tetap dipertahankan keasriannya dan bakal diperbaiki dengan mengganti beberapa bagian seperti dinding atau lantai.
Sementara, Rektor UM Sumbar, Riki Saputra mengatakan, akademisi UM Sumbar siap bersama masyarakat dan pemerintah untuk melanjutkan pembangunan museum dan proses pengusulannya sebagai Pahlawan Nasional.
“Sosok Buya tidak saja sebagai Tokoh Muhammadiyah, beliau tidak saja milik Sijunjung, ia guru bangsa dan cendekiawan dunia dan pantas diusung menjadi Pahlawan Nasional sebagaimana pengabdian beliau untuk Sumbar dan indonesia selama hidupnya,” kata Riki.
Ia bersama Civitas UM Sumbar akan melakukan langkah nyata untuk menjadikan Syafii Maarif sebagai Pahlawan Nasional yang kini dimulai dengan peresmian Museum Rumah Kecil Buya Syafii.
Kemudian, seorang Kerabat Buya Syafii, Yusriati menyebut rumah itu merupakan rumah Bako atau keluarga besar ayah dari Buya Syafii
“Sejak umur 18 bulan ia pindah ke rumah ini karena ibunya wafat saat itu, artinya dari kecil Buya sudah menempati rumah ini hingga merantau ke Jawa,” kata Yusriati.
Ia mengatakan Syafii Maarif dikenal hidup sederhana dan berwawasan luas sejak kecil, Buya juga selalu menginap di rumah berstruktur bangunan lama berbahan kayu yang dibangun pada 1925 itu setiap pulang ke kampung halamannya yang jauh dari perkotaan itu.
“Listrik penerangan di kampung ini baru teraliri pada 2004, jalan diperbaiki, mesjid dibangun, semua itu perjuangan Buya, beliau banyak berjasa,” lanjut Yusriati.
“Rumah sederhana itu menyimpan dokumentasi dan barang-barang peninggalan Syafii Maarif sejak kecil dan masih tertata dengan rapi, bangunan itu juga belum pernah dipugar,” pungkasnya. (Dicko)
Discussion about this post