UTUSANINDO.COM(PESSEL) – Peluncuran batik Corona dan Titian Akar tersebut, dihadiri anggota DPR RI yang juga Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Pesisir Selatan, Lisda Hendrajoni, dan sejumlah pejabat dan tokoh masyarakat setempat.
Bupati Pesisir Selatan H. Hendrajoni, meluncurkan batik motif Corona dan Batik Jembatan Akar, di Pendopo Rumah Dinas Bupati, di Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, Selasa (19/1/2021).
Produksi Batik Jembatan Akar berawal dari kegiatan pemberdayaan masyarakat di Nagari Puluik Puluik, Kecamatan IV Nagari Bayang Utara, sejak Oktober 2020 lalu.
Motif jembatan akar dipilih dalam rangka melestarikan jembatan akar sebagai warisan budaya daerah yang sudah terkenal, baik lokal maupun nasional.
Sementara perajin pembuat motif corona, Dewi Hapsari Kurniasih mengatakan, batik motif corona adalah salah satu hikmah karena dirinya pernah terkonfirmasi positif COVID-19. Motif batik tersebut ia sempurnakan ketika menjalani isolasi mandiri.
Kesibukannya membuat batik saat itu untuk menghilangkan rasa jenuh selama menjalani isolasi, sekaligus sebagai cara untuk memotivasi diri agar segera pulih.
Melalui Batik corona, Dewi mengisyaratkan pesan kepada seluruh masyarakat, agar bersama-sama melawan COVID-19. “Mereka yang terpapar dan para penyintas mesti bangkit, warna kinclong di motif batik merupakan simbol semangat untuk semua,” tutur dia.
Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni, usai peluncuran mengharapkan batik motif corona dan batik jembatan akar dapat menambah khazanah batik di Pesisir Selatan. Karena sebelumnya juga ada batik Mande Rubiah di Lunang dan batik Lumpo di Kecamatan IV Jurai.
“Melalui batik, kita dapat mempromosikan daerah dan pariwisata yang ada di Pesisir Selatan. Diharapkan batik dapat menjadi ikon Pesisir Selatan dalam mempromosikan pariwisata kepada wisatawan lokal dan mancanegara,” ujar bupati.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Pesisir Selatan, Lisda Hendrajoni mengungkapkan bahwa, kerajinan batik di daerah setempat sudah berkembang sejak empat tahun terakhir.
Ia melanjutkan, pada tiga kecamatan dari 15 kecamatan yang ada sudah terdapat rumah produksi batik, yakni Bayang Utara, IV Jurai, dan Lunang. “Lebih dari 200 perajin aktif memproduksi batik di tiga kecamatan itu, dan kami terus mendorong agar mereka terus berkarya,” ujarnya
Discussion about this post