Berbagai kritikan terhadap pencapaian prestasi olahraga di Sumatera Barat yang jauh merosot setelah selesainya “arena laga” PON Papua. Target 16 emas yang harus dicapai ternyata jauh dari harapan. Kami menyayangi secara tidak langsung “kegagalan” ini akan melibatkan para atlit, kasihan.
Target 16 ini sesungguhnya ditujukan kepada siapa? Apakah kepada Pemimpin Cabang Olah Raga (Cabor) atau kepada para “kritikus-kritikus panjat sosial” yang tidak merasakan bagaimana berjuang menjadi seorang atlit, atau kepada para atlit yang berlaga; keluar keringat untuk membela daerahnya ?
Target itu harus terukur bukan target-targetan untuk membesarkan hati orang-orang tertentu. Ukurannya berkaitan pembinaan para atlit, pembinaan para pelatih dan wasit yang lebih profesional, try-out dan seterusnya, hal ini berkaitan dengan dana yang dianggarkan lebih kurang 15 milliar per tahun melalui KONI Sumbar sebagai desainer olah raga. Perlu dipertanyakan apakah anggaran ini untuk pembinaan atlit atau pembinaan organisasi/lembaga yang manaunginya
Kami dari Mantan Atlit Voli Indonesia ( MAVI) Korwil Sumatera Barat belum mendengar adanya pembinaan atlit U-15, U17, U19, U23 dan seterusnya secara berkelanjutan terhadap pebolavolian Sumatera Barat yang terindikasi “ mati-suri ” dan saat ini kami sebagai mantan atlit sedang berjuang untuk menghidupkan kembali pebolavolian Sumatera Barat. Ini sesungguhnya menjadi tanggung jawab siapa ?.
Kami pernah berjuang untuk membela Sumatera Barat di pebolavoian tahun 1980-an, sangat merasakan dan betapa “ complicated ” nya menjadi seorang atlit untuk mencapaian prestasi ditingkat PON.
Hampir 100% para atlit berjuang dan berlatih secara “ *mandiri* ” (biaya sendiri, mecari tempat dan pelatih sendiri) yang lebih cocok saat itu adalah “ atlit mandiri ”.
Saat itu kami hanya mendengar nama “KONI” dan nama “PBVSI” sedangkan program “ pembinaan ” kepada kami tidak begitu jelas dan kebanyakan para atlit saat itu hanya “fokus” untuk berprestasi ke yang labih baik.
Prestasi itu tergantung dari pembinaan
Kalau ingin mencapai target tanpa melakukan pembinaan atlit; lebih baik “beli” saja pemain dari luar untuk berbagai kompetisi.
Akibat dari kurangnya pembinaan para atlit di Sumatera Barat, tentu para atlit akan *pindah* ketempat lain dan berlaga atas nama daerah lain. Hal ini perlu dipertimbangkan.
JagaAkalSehat
Discussion about this post