SUMBAR.UTUSANINDO – Di tengah-tengah pandemi covid 19 usaha makanan ringan masih tetap menggeliat meskipun tak sebanyak sebelum wabah virus itu terjadi. Bagaimana pun kebutuhan untuk mengkonsumsi makanan ringan seperti kerupuk yang menjadi khas kota Payakumbuh setiap saat tak dapat terelakan karena sudah menjadi kebutuhan diluar makan dan minum.
Wabah virus corona covid. 19 harus dihadapi dengan menyiasati strategi ruang dan waktu agar kita tetap bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti makan dan minum yang tak bisa di tunda, melalui produksi makanan ringan berupa “kerupuk” dengan tetap memperhatikan faktor gizi, aroma dan rasa agar konsumen tidak kecewa.
Hal itu disampaikan Efiyanto (48 th) saat di temui di kediamannya pondok “Sanjai Hanifah” dan “Hanifah florist”, Jalan Sultan Syahrir RT 01/RW 01 Kelurahan Tanjung Paruh, Kecamatan Payakumbuh, Payakumbuh,
kemarin (23/11/2020).
Menurut Efiyanto, perusahaan kuliner sanjai yang dikelolanya sejak beberapa tahun silam itu berangkat dari bawah yang bermula dari usaha rumah tangga kecil-kecilan. Kemudian karena mendapat pelanggan yang cukup lumayan dari berbagai daerah di Sumatera Barat, usaha sanjai ini secara perlahan terus berkembang dan kini lelaki berbadan kurus mempekerjakan
sedikitnya 10 (sepuluh) orang tenaga kerja dari sebelum pandemi covid. 19
berjumlah 16 orang.
Diakui, dampak covid. 19 memang jadi pengalaman berharga bagi saya, bagaimana pun kita harus mampu menyiasati kondisi pasar dan kebutuhan rumah. Saya memang merasa sedih, dampak semuanya 6 (enam) orang tenaga kerjanya terpaksa di rumahkan. Bagaimana pun kami harus melihat kemampuan keuangan perusahaan kerupuk sanjai yang dikelolanya dengan besaran upah yang harus dibayarkan kepada pekerja, tutur Epiyanto.
Mengisi waktu luang Epiyanto dengan keluarga di perusahaan kerupuk “Sanjai Hanifah”, lelaki alumni SMSR Negeri tahun 1991 ini dieela-sela kegiatannya juga memproduksi vas bunga artistik. Kenapa disebut artistik, karena vas bunga yang diciptakannya memiliki nuansa aneka warna-warna indah sebagai padanan bunga-bunga yang di tanam di vas bunga ini. Warna-warna itu hasil kolaborasi paduan sejumlah warna yang ternyata sangat menarik, kadang ada yang berwarna menyolok, kadang ada juga dengan warna-warna lembut, sesuai selera konsumen, ujar Efiyanto menceritakan pengalamannya.
Epiyanto, dengan 5 anak dari isterinya Alif Laila, dimana anak sulungnya telah menamatkan pendidikan di UNP Padang beberapa tahun silam dan adik-adiknya ada yang masih di SMA, SMP dan SD itu memiliki konsep hidup bahwa untuk menjalani biduk rumah tangga, kita harus mampu melihat peluang dan tantangan yang ada di hadapan kita. Kalau tidak, lambat laun rumah tangga ini akan karam dengan sendirinya.
Misalnya, belum puas dengan usaha kerupuk sanjai yang dikelolanya, Epiyanto alumni sekolah seni rupa ini tergerak hatinya untukmembuat dan menciptakan vas bunga dengan menampilkan aneka ragam warna yang menarik perhatian, terutama kalangan konsumen. Saat ini karena dimana pun di tanah air banyak ibu-ibu bahkan kalangan bapak-bapak yang demam dengan bunga sebagai pemenuhan kebutuhan rumah tangga masing – masing, apalag di kota Payakumbuh saat ini menjadi salah satu kota yang terus bergerak untuk memajukam sektor pariwisatanya dari berbagai dimensi, ujar Epiyanto yang enggan menyebut omsetnya dari kedua jenis usaha itu, mengakhiri pembicaraan. (HS/FR)
Discussion about this post