UTUSANINDO.COM, Pesisir Selatan- Tim teknis pencegahan stunting Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) menggelar Urun Rembuk bersama Muspika Kecamatan Sutera, Selasa (13/7) di ruang UDKP setempat.
Urun Rembuk bersama Muspika itu, dihadiri oleh Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Pessel, Satria Wibawa, dengan diwakili Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat, Donny Tayes.
Hadir dalam kesempatan itu, Camat Sutera, Loli Novita, Kapolsek, Danramil, Kepala Puskesmas Surantiah, wali nagari se Kecamatan sutera, bidan, kader KPM, PKK dan lainnya.
Kabid Kesehatan Masyarakat, Donny Tayes, dalam kesempatan itu menjelaskan bahwa stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
“Agar itu tidak terjadi dan bisa dicegah di daerah ini, maka kita perlu membangun komitmen bersama. Terutama dalam mengambil langkah-langkah, upaya percepatan agar penurunan stunting tercapai di daerah ini, khususnya di Kecamatan Sutera,” katanya.
Dalam kesempatan itu dia juga berharap agar semua jajaran perangkat daerah dan stakeholder terkait di Kecamatan Sutera agar berupaya semaksimal mungkin.
“Terutama dalam melaksanakan berbagai program kegiatan guna menurunkan angka stunting bagi anak dan balita,” ungkapnya.
Dia menambahkan bahwa Urun Rembuk bersama Muspika itu juga dilakukan pada beberapa kecamatan lainnya di Pessel, terutama sekali pada kecamatan yang dinilai rawan stunting.
Dalam kesempatan itu dijelaskannya bahwa keluarga memiliki peran krusial untuk pencegahan dan penanganan masalah stunting atau anak kerdil.
Karena itu, upaya pemberdayaan keluarga pun sangat diperlukan.
“Keluarga adalah bagian dari masyarakat, merupakan faktor penentu bagaimana kita berusaha melakukan pencegahan dan penanganan stunting. Sebab keluarga memang berperan penting mencegah stunting pada setiap fase kehidupan. Mulai dari janin dalam kandungan, bayi, balita, remaja, menikah, hamil, dan seterusnya,” ucap Doni.
Dia juga menjelaskan fokus pemerintah dalam penanganan stunting. Diantaranya melalui intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif.
Intervensi gizi spesifik dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional dan memiliki kontribusi sekitar 30?lam pencegahan stunting.
Sementara intervensi melalui gizi sensitif dilakukan melalui masyarakat umum, termasuk keluarga. Dampak intervensi ini lebih bersifat jangka panjang, dan memiliki kontribusi 70?lam upaya pencegahan stunting.
Namun perlu diketahui bahwa pencegahan stunting ini penting dilakukan pada masa emas, yaitu 1000 pertama kehidupan. Meliputi masa anak dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Peran keluarga pun sangat penting di fase ini.
“Ini adalah fase periode kritis bagaimana kedepan anak itu bisa tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat, cerdas, dan optimal,” jelasnya.
Ditambahkan lagi bahwa saat anak dalam kandungan, penting bagi ibu hamil untuk mendapatkan nutrisi terbaik. Dan ibu hamil pun perlu rutin untuk memeriksakan kandungannya. (Websitepessel)
Discussion about this post