UTUSANINDO.COM,Jakarta,- Dominasi Minang tak terbantahkan lagi. Sepanjang periode 1920-1960, politisi asal Minang banyak berperan dan sangat menentukan. Pasca kemerdekaan, empat orang Minang duduk sebagai perdana menteri (Sutan Sjahrir, Muhammad Hatta, Abdoel Halim, Muhammad Natsir), seorang menjadi wakil presiden (Hatta). Hal itu disampaikan Bupati Limapuluh Kota Safaruddin Datuak Bandaro Rajo ketika menjadi pembicara pada kegiatan Haul ke -22 Buya Roesli Abdul Wahid di ruang Kirana Hotel Kartika Chandra Jakarta, Minggu (7/10/2021).
Disampaikan Safaruddin, untuk membangun Indonesia sebagai negara yang berkarakter, kuat, beragama dan memiliki intekletual yang baik para konseptor bangsa memiliki konsistensi sosial dan politik yang tinggi. Jauh sebelum itu Sumatera Barat melahirkan satu organisasi massa Islam yakni Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Organisasi ini didirikan oleh Syekh Sulaiman Ar-Rasuli pada 5 Mei 1928 di Canduang sebagai Persatuan Madrasah Tarbiyah Islamiyah (PMTI) dan dalam perkembangannya sempat menjadi partai politik bernama Partai Islam Perti.
“Ini mencerminkan orang Minang memiliki konsep politik dan sosial yang baik. Politisi Minang banyak berperan dan sangat menentukan.” Kata Safaruddin.
Ia menambahkan Buya Roesli Abdul Wahid merupakan salahseorang ulama kelahiran Kabupaten Limapuluh Kota di Koto Tongah, Kecamatan Suliki pada 9 November 1908 lalu. Karier politik membawa Buya Roesli Abdul Wahid menjadi Menteri Negara Urusan Umum pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dengan masa bakti dari 24 Maret 1956 sampai dengan 14 Maret 1957. Safaruddin berharap, melalui Haul Buya Roesli Abdul Wahid sejarah perjuangan organisasi Islam, Sosial dan Politik yang dilakukan oleh para pendahulu menjadi reverensi dan pembelajaran organisasi bagi generasi penerus bangsa.
“Dapat dijadikan pembelajaran bagi generasi penerus. Hingga saat ini elektabilitas terhadap Perti masih dimiliki masyarakat Minang,” imbuh Safaruddin.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pimpinan Pusat Tarbiyah Prof. Dr. H. Duski Samad, MA mengatakan, Buya Roesli merupakan seorang pimpinan, pendidik dan praktisi. Tidak saja pada pembelajaran Islami tapi mencakup kesegala bidang dan semua pembelajaran.
“Buya Roesli sudah menjadi pimpinan pesantren sejak umur 24 tahun. Mutiara terpendam, tidak banyak terungkap. Buya orang yang populer, karena beliau mengembangkan pendidikan disegala bidang. Keistiqomahan beliau tampak dalam setiap gerak kehidupannya,” Tutup Duski Samad.
Hadir dalam Haul ke -22 Buya Roesli Abdul Wahid itu, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Dr. H. Anwar Abbas, MA, cucu Buya Roesli Acmad Rully Phd(c), Ketua TP PKK Kabupaten Limapuluh Kota, Ny. Nevi Safaruddin, Kepala Dinas Pustaka dan Arsip Kabupaten Limapuluh Kota Radimas, Serta tamu undangan lainnya.
Discussion about this post