Oleh : Arini Eka Putri –
Semburat gembira menghiasi wajah Nelia Irawati. Apa pasal? Sepucuk surat dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia semua berawal. Nelia Irawati, terkadang disapa Buk Nel, warga Kubang Rasau, Balai Panjang, Lareh Sago Halaban, Kabupaten Limapuluh Kota, didaulat menjadi Petani Berprestasi Nasional 2022.
Ia bersama 25 petani lainnya se-Nusantara diganjar predikat prestisius itu oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian dalam rangka HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia 2022.
Titel Petani Berprestasi disematkan untuk individu petani yang giat berusaha tani, gigih berinovasi, pantang menyerah, peduli dengan petanian lainnya serta abai dengan inovasi yang bersumber dunia maya. Pendek cerita figur petani yang jadi suluh bagi lingkungannya.
Bagaimana kisah Nelia, wanita bersahaja kelahiran tahun 1974 nini muncul di panggung nasional? Semua berawal bagaimana ia bertarung untuk hidup. Usai menggenggam ijazah Akademi Maritim Sapta Samudra Padang tahun 2000, ia diselimuti kegalauan. Mau kerja apa setelah lulus D3 Kemaritiman. Asinnya air laut belum cukup untuk membiusnya. Justru Nelia terjun ke dunia yang jauh dari bunyi kepak camar, bidang konveksi. Itupun tak lama dilakoninya, dia lantas berkerja di pusat perbelanjaan sampai menggalas di Pasar Payakumbuh. Meskipun, ia pun akhirnya sempat juga mengenyam kerja di hiruk pikuk pelabuhan, dewi fortuna ternyata tak kunjung singgah untuk sekedar berbisik, bahwa pekerjaan yang dijalaninya bisa diandalkan untuk menggantungkan hidup. Tetap muncul keraguan di ingatannya. Menggalas di Pasar Payakumbuh,” katanya,”Persaingannya semakin tinggi dan penghasilan justru semakin berkurang.” Ragam pekerjaan yang jauh panggang dari api jika menilik ijazahnya ia jalani sampai tahun 2007.
Dengan kegalauan menari-nari di kepalanya, alam kampungnya Kubang Rasau yang permai pun memperangkapnya. Pendar mentari pagi, hamparan persawahan dilingkupi Bukit Barisan, lalu lalang hewan ternak, hujan yang membasahi bumi serta petani yang bersimbah keringat melintas diingatanya. Ia kecap semua baunya. Bau segarnya cabe yang baru dipetik, bau tanah yang dibalikkan mata pacul, semua terasa akrab di inderanya. Tapi bukankah bertani itu erat dengan kesusahaan, jaminan pendapatan yang tak pasti, ia membatin. Bukankah ia berkuliah di Akademi Maritim untuk menjauhkan diri dari mata pacul. Tapi, entah apa yang merasukinya, pada suatu hari di tahun 2007 ragu yang membatin itu pun terlampaui. Ia mengarahkan kemudi ke usaha tani. Menggarap lahan milik orang tuanya, menanami dengan padi, palawija dan aneka sayuran. Haus akan teknik usaha tani, membuat Nelia akhirnya berlabuh di Kelompok Tani Saiyo Sakato. Keaktifannya dalam mengurus kelompok tani membuatnya didapuk menjadi Bendahara Keltan Saiyo Sakato.
Nelia pun mulai berinteraksi dengan Bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan Dinas Pekebunan dan Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Limapuluh Kota atau dari siapa yang saja yang mencurahkan ilmu usaha tani pun direguk Nelia.
Tirai bahwa usaha tani itu akrab dengan kesusahaan mulai tersibak. Ada cahaya yang kini menerobos benak Nelia. Jika usaha tani digeluti dengan
pendekatan ilmu pengetahuan semua akan bewujud kepada perhitungan sumberdaya modal, pemanfaatan bahan-bahan di sekitar untuk meneka biaya produksi, serta peningkatan nilai tambah. “Sekarang kami tengah mengembangkan padi organik pada lahan seluas lebih 1 hektar,” ujar Nelia.
Ya, pertanian organiklah yang menyingkapkan sebuah hal baru dalam berusaha tani yang menarik perhatian Nelia. Usaha tani yang menyingkirkan bahan-bahan kimia buatan dalam setiap tingkatan kultur teknis sampai panen sehingga dihasilkan produksi yang bebas bahan kimia. Di tingkat petani, usaha tani organik bukanlah pilihan yang mudah. “Produksi organik biasanya rendah dibandingkan dengan budidaya yang didukung bahan-bahan kimia buatan, tetapi usaha tani organik menghasilkan pangan yangs sehat dan aman,” jelas Nelia.
Darimana skill usaha tani organik ia peroleh, tak lain bimbingan dari Balai Proteksi Tanaman Pangan Hortikultura (BPTPH) Sumbar. Kesungguhan, Nelia dan Keltan Saiyo Sakato untuk mengasah keterampilan usaha tani berbuah fasilitasi dari perangkat daerah Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota seperti Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (Distanhortun), Dinas Pangan, dan Dinas Perikanan. Fasilitas program/kegiatan serta prasarana dan sarana ia kelola dengan sungguh-sungguh bersama Keltan Saiyo Sakato. “Bantuan alat mesin pertanian, misalnya sangat membantu sekali dalam usaha tani,” kata Nelia.
Keaktifan Keltan Saiyo Sakato, yang digawangi oleh Ketua Busniati yang terbilang saudara Nelia serta binaan BPTPH Sumbar dan Distanhortbun Limapuluh Kota berbuah kepercayaan Kementan RI. Keltan Saiyo Sakato ditunjuk menjadi pelaksana Jambore Pertanian Organik Nasional Indonesia Bagian Barat Tahun 2019.
Selepas Jambore Organik, nama Keltan Saiyo Sakato yang berlokasi di Jorong Kubang Rasau, cukup terpencil untuk ukuran Limapuluh Kota pun membubung. Mendadak semua perhatian tertuju kepada aktifitas Keltan Saiyo Sakato.
Terlebih skill organik yang mulai dikuasai membuat BPTPH mem-plot Laboratorium Pengendalian Agen Hayati di keltan ini. Keltan Saiyo Sakato pun dikunjungi oleh kelompok tani dar sejumlah kabupaten/kota di Sumbar termasuk provinsi tetangga Riau dan Jambi.
Perkembangan ini, tak mengubah Ketua Busniati, Nelia dan anggota keltan Saiyo Sakato. Mereka tetaplah bagaimana karakteristik petani selalu rendah hati, ramah dan selalu bersedia menolong.
Bedanya sekarang mereka lebih percaya diri untuk menggeluti usaha tani dengan lebih cerdas. Meningkatkan kemampuan kultur teknis, mengembangkan jaringan termasuk memanfaatkan media sosial. Tengok saja grup WA Keltan Saiyo Sakato, selain anggota sendiri, nimbrung pula Anggota DPRD, Camat, Aparat Dinas Provinsi/Kabupaten, Forkopimca, Wali Nagari dan tokoh dan praktisi pertanian.
Dari percakapan di grup terkadang muncul ide, arahan dan petunjuk tentang komoditi yang digeluti oleh Keltan Saiyo Sakato. Semisal terlihat gejala serangan hama dan penyakit. Melalui grup WA disampaikan saran-saran pengendalian, semuanya disimak dan ditanggapi dengan sungguh-sungguh oleh Keltan Saiyo Sakato.
Kemampuan Keltan Saiyo Sakato yang terus berkembang pun dilirik oleh Balai Pelatihan Pertanian (Bapeltan) Jambi Kementan RI. Tahun 2021 Keltan ini ditunjuk menjadi Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) kelas Madya sebagai strategi Kementerian Pertanian untuk menularkan inovasi di tingkat pedesaan.
Berbekal keaktifan di kegiatan kelompok tani, bimbingan teknis/pelatihan serta kursus-kursus yang diikuti, Nelia Irawati ditunjuk sebagai Ketua P4S Saiyo Sakato.
Faktor pendukung P4S dipusatkan di Keltan Saiyo Sakato tersedianya lahan usaha tani dengan total luas lahan 14 hektar yang terdiri dari lahan perkebunan 10 hektar, lahan pekarangan 0,5 hektar, lahan sawah 2 hektar, dan kebun hortikultura 1,5 hektar. Dari total luas lahan tersebut, 2 hektar diantaranya ditanami tanaman padi, 2 hektar ditanami jagung, 1 hektar ditanami cabe dan 0,5 hektar ditanami cabe merah.
Tempat belajar P4S Karya Tani sampai saat ini menggunakan pondok pertemuan seluas 60 m2 yang bisa menampung 50 orang serta saung kelompok dengan luas 50 m2 yang bisa menampung 40 orang.
Selain itu juga tersedia klinik PHT seluas 12 m2 yang juga menyediakan peralatan peralatan klinik. Salah satu keunggulan P4S Karya Tani adalah memiliki alat mesin pertanian yang cukup lengkap sebagai sarana praktek, diantaranya hand tractor 2 unit, cultivator, corn sheiller mobile, bentor, chooper, alat tanam jagung, serta mesin potong rumput sebanyak 4 unit. P4S sejatinya bertujuan menggembleng petani untuk gigih, berinovasi dan berhitung secara cermat dalam berusaha tani.
“Kami mencoba manawarkan kepada khalayak ramai dengan jenis pelatihan dan permagangan yang sangat menarik diantaranya proses pembuatan pupuk organik pembuatan ramuan dan pestisida nabati, pembuatan pupuk organik cair, pengolahan lahan, cara budidaya tanaman, serta aplikasinya langsung di lapangan,” cerita Nelia tentang aktivitas P4S Saiyo Sakato.
Fasilitator P4S Saiyo Sakato, selain dari kalangan sendiri juga didukung sendiri Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) BPP Lareh Sago Halaban dan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Lima Puluh Kota, praktisi pertanian serta petani pakar. Inovasi yang dikembangkan P4S Saiyo Sakato kerja samA dengan Bapeltan Jambi adalah budidaya bawang merah.
Sementara itu, penerapan teknologi yang digunakan oleh P4S Saiyo Sakato dalam membudidayakan bawang merah secara organik. Perlakuan pupuk kandang, tanpa pestisida, dan pemakaian agen hayati.
Catatan produktifitasnya mencapai 7,6 ton per hektar. Lambat laun P4S Saiyo Sakato menjadi tujuan studi banding kelompok tani lokal dan luar daerah, mahasiswa magang ataupun individu petani yang ingin menyerap ilmu.
Seabreg kesibukan berusaha tani, mengorganisasikan kelompok tani dan P4S itulah yang membuat Kementan RI akhirnya kepincut untuk menjadikan Nelia sebagai Petani Berpresatsi Nasional. Sekaligus menjadi penanda ia haqqul yaqqin berusaha tani paling pas baginya sebagai gantungan hidup. Gelombang kehidupan telah menggulung ijazah Akademi Maritim-nya.
Kini, ia berlabuh dan profesional di usaha tani. Yang menurutnya telah memenuhi kebutuhannya lebih dari cukup. Ia membantah stigma profesi petani secara umum disebut tidak menjanjikan.
“Justru bertani pekerjaan yang menjanjikan jika berinovasi dan tekun,” jelas Nelia.
Kata dia profesi petani terbilang mulia. Banyak yang tak menyadari dari hempasan pacul dn keringat petani tersedia jaminan sumber makanan bagi penduduk Indonesia.
“Petani lah yang menyelamatkan bangsa dari kekurangan pangan, jadi hargailah profesi petani,” harap Nelia.
Apresiasi yang diharap itu ternyata tak menunggu lama. Saat pamitan kepada Bupati Limapuluh Kota Safaruddin Datuk Bandaro Rajo, Jumat (24/08/2022) lalu untuk berangkat ke Kementerian Pertanian, Jakarta, Nelia terlihat semringah.
Ia yang didampingi Wali Nagari Balai Panjang Idris, karena bisa bercerita lepas dengan figur No.1 Limapuluh Kota, usaha tani, kegiatan kelompok tani, penghargaan Petani Berprestasi Nasional, ia juga menggenggam hadiah dari Bupati Safaruddin. Saya akan menghadiahkan seekor kambing untuk syukuran sepulang dari Jakarta,” ungkap Nelia mengutip janji Bupati Safaruddin.
Hal ini tentu tak lepas dari kebanggaan Bupati Safaruddin atas prestasi warganya yang mengharumkan nama Limapuluh Kota di pentas nasional serta prioritas program daerah di sektor pertanian.
Prioritas Limapuluh Kota di sektor pertanian menuai dukungan dari Nelia. Adakah pesan sosok yang punya motto; “jika nalar bergerak maka anggota tubuh lainnya akan mengikuti”untuk para petani lainnya.
“Kalau ingin bertani belajarlah ikhlas setelah itu berusaha untuk meningkat produksi. Ikhlas itu adalah tuntunan agama, dan Allah akan membalas keikhlasan dengan kebaikan,” tutur Nelia.******
Discussion about this post