UTUSANINDO.COM, PADANG – Kepala Dinas Pangan Provinsi Sumatera Barat Effendi mengatakan, pihaknya untuk menjaga pasokan dan stablitasi harga pangan telah membangun dalam bentuk peranan Toko Tani Indonesia Centre (TTIC) dinas pangan Sumatera Barat.
“Kita komitmen membangun ketahanan pangan, karena mampu mempengaruhi harga pangan,” ujar Effendi di Padang saat diskusi bulanan JPS di Auditorium Gubernur, Sabtu, 13 Maret 2021.
Menurut Effendi, pihaknya mempunyai gedung permanen ditata dengan bagus, komoditas pangan yang dijual beragam, juga dilengkapi dengan fasilitas modern.
“Kita mengharapkan ketahanan pangan daerah semakin mantap, karena pemerintah dapat mengintervensi ketika harga pangan tinggi melalui operasi pasar dan melakukan pembelian langsung kepada petani ketika harga jatuh,” ujar Effendi.
Lanjut Effendi, masyarakat mudah mengakses pangan, dan produsen tetap untung, diharapkan juga berpengaruh terhadap inflasi, karena harga pangan.
“TTIC dikelola Dinas Pangan ini berlokasi di Jalan Bypass KM 15 Air Pacah, Kota Padang. Fasilitas yang tersedia antara lain bangunan TTIC 2 lantai, 2 unit cold strorage kapasitas 10 ton (untuk daging) dan kapasitas 8 ton (untuk sayuran), 6 mobil box, 18 mitra kerja TTIC ( Vendor) serta gudang penyimpanan,” ujar Effendi
Penasehat JPS HM Nurnas, pihaknya mengapresiasi JPS menghadirkan sejumlah narasumber dengan harapan diskusi ini melahirkan bulir-bulir pikir untuk kemajuan ketahanan pangan di Sumbar.
“Kita sudah memiliki regulasi soal ketahanan pangan di Sumbar, maka perlu disinergikan semua pihak, agar jangan sampai terjadi kelangkaan pangan dimasa pandemi,” ujar Nurnas.
Asisten wilayah Bulog Sumbar Marjoni Busjal mengatakan, pilar ketersedian melaksanakan kebijakan pembelian pangan dengan ketentuan HPP dan harga acuan pembelian, pilar keterjangkauan pmerataan stok nasional dan pilar stabilitas.
“Masa Pandemi bulog rutin melakukan tugas secara rutin pembalian gabah agar harga petani dibeli dengan layak dan operasi pasar,” ujar Jhon saat diskusi 13 JPS di Istana Gubernur Sumbar, Sabtu, 13 Maret 2021.
Menurut Joni, alur manajemen logistik bulog dengan melakukan pengasaan DN petani, persedian pangan di wilayah Sumbar.
“Kita memiliki target di Kancab Bukittinggi target 6.280 kg target jan- des 2021 11.0000 kg,” ujar Joni
Lanjut Joni, pihaknya mendapatkan kendala dan strategi penggadaan gabah /beras, karena harga dan panen di Sumbar tidak serentak.
“Kita melakukan strategi penggadaan melakukan koordinasi dengan dinas pertanian, penyuluh dan semua stakholder,” ujar Joni.
Dikatakan Joni, penyaluran/pemasaran beras perum bulog tetap secara komersial, agar tetap eksis dalam pengelolaan pangan kerjasama kepada ritel melalui Rumah Pangan Kita (RPK) dan distributor melalui pedagang besar
“Sejak beberapa tahun sudah sangat banyak dan tersedia dimana- dimana di wilayah kita serta melakukan realisasi bansos, 8, 200 ton beras,” ujar Joni.
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Universitas Andalas Padang, Dr Feri Alius mengatakan, pihaknya terus melakukan pengujian nasi rendang untuk pangan darurat bencana (PDB) karena Sumbar disebut market bencana, maka perlu dilakukan langkah kongrit antisipasi menanggulangi pangan masyarakat saat bencana.
“Insya Allah saat Dies Natalis Fateta Mei 2021 Nasi Rendang untuk PDB itu diluncurkan. Kita berharap diluncurkam oleh Kepala BNPB Bapak Letjen TNI Doni Monardo,” ujar Feri.
Kepala dinas pertanian Sumbar diwakili Masniati mengatakan, pihaknya berupaya meningkatkan potensi dengan pengembangan komoditi unggulan padi, jagung, manggis, jeruk, bawang merah, cabe merah, kelapa sawit,karet, kopi robusta, gambir, kelapa, kakao, kopi arabika.
“Produksi padi 2,8 tahun 2019 tidak mencapai target sesuai sudah ditetapkan dan mungkin disaat pandemi bakal terjadi penurunan produksi padi,” ujar Masniati.
Menurut Masniati, pihaknya merasa miris, karena bantuan dari pemerintah pusat hanya memberikan bantuan 25 ribu hektar bantun bibit, sedangkan luas lahan pertanian di Sumbar ratusan hektar.
“Iigasi belum lancar dan perbaikan sangat lama dan pengolahan pasca tanam belum baik serta bibit padi kurang bagus tidak memiliki sertifikat bibit terbaik serta perubahan iklim menjadi ancaman pada tanaman cabe merah dan bawang,” ujar Masniati.
Lanjut Masniati, bantuan benih harus ditingkatkan dengan relatif terjangkau serta petani diberikan bibit bersertifikat walaupun harga mahal menjadi kesulitan bagi petani.
Dekan Faperta Unand Indra Dwipa mengatakan, pihaknya mendorong pemerintah provinsi Sumbar melakukan upaya menjaga ketahanan pangan masyarakat di masa pandemi.
“Kita selaku akademisi terus berupaya memberikan dukungan secara pemikiran kepada pemerintah serta menyiapkan sumber daya manusia handal dalam bidang pertanian,” ujar Indra Dwipa.(yc)
Discussion about this post