UTUSANINDO.COM,(SOLSEL) – RSUD Solok Selatan ini banyak permasalahan permasalahan dan setiap ganti kepemimpinan masih belum ada perubahan, dan inilah yang akan ia coba mengevaluasi kondisi setelah dipercayakan untuk memimpin rumah sakit kebanggaan rang Solok Selatan ini.
Selama ini disinyalir pegawai di RSUD Solok Selatan ini tidak sesuai dengan Analisa Jabatan (ANJAB).
Hal ini disampaikan oleh Direktur RSUD Solok Selatan dr Toni Hardian saat melakukan sidak ke seluruh ruangan dan bangunan di RSUD itu, Jumat (23/4), dalam sidak itu, Direktur didampingi Ka Tu Fetri dan salah seorang Dokter Specialis penyakit dalam dr Mike.
Pada intinya, selaku pimpinan ingin rumah sakit ini betul betul menjadi sebuah pelayanan yang maksimal terhadap pasien, program Saya yang paling utama itu adalah pelayanan.
Pelayanan di sebuah rumah sakit, bagi pasien bukan saja mereka hanya menerima obat saja, namun lebih utamanya adalah pelayanan yang prima kepada pasien dan keluarga pasien.
“Adanya pelayanan yang bagus dengan senyum sapa yang ramah, pasien itu akan sembuh sendirinya, bisa bisa tidak dengan makan obat,” kelakarnya.
Dalam memberikan pelayanan di rumah sakit ini tentu ada mekanismenya, petugas dan dokter harus betul betul menjalankan tugas dan fungsinya.
Namun RSUD ini masih saja kekurangan tenaga, baik tenaga administrasi, tenaga medis dan bidan, setidaknya sampai saat ini RSUD hanya memiliki empat (4) orang Dokter yang berstatus PNS, sementara rumah sakit ini membutuhkan sebanyak sembilan (9) orang Dokter PNS, selebihnya TKD, BLID, tenaga honor dan sukarela, makanya akan dilakukan pemetaan ulang terhadap perawat perawat.
“Beruntung saat ini rumah sakit selalu dibantu oleh mereka.yang dari TKD, BLUD dan honor,” ucapnya
Dalam kondisi pandemi, kami selalu melakukan penertiban terhadap pengunjung dan keluarga pasien yang hendak berkunjung kedalam areal rumah sakit, dengan keterbatasan ini kami hanya memperbolehkan satu orang pasien satu orang yang boleh masuk saat menemani pasien.
“Menghindari penyebaran covid pengunjung dan keluarga pasien harus dibatasi,” ujarnya. (mk)
Discussion about this post