UTUSANINDO.COM, PADANG – Sumatera Barat tercatat mengalami inflasi pada Oktober 2021. Berdasarkan Berita Resmi Statistik yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) umum di Sumatera Barat pada Oktober 2021 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,36% (mtm), atau meningkat dibandingkan realisasi September 2021 yang sebesar 0,10% (mtm). Secara spasial, pada Oktober 2021, Kota Padang mengalami inflasi 0,35% (mtm), atau meningkat dibandingkan September 2021 yang sebesar 0,04% (mtm). Kota Bukittinggi mengalami inflasi sebesar 0,41% (mtm), atau lebih rendah dibandingkan realisasi September 2021 yang sebesar 0,53% (mtm). Realisasi inflasi di Kota Padang dan Kota Bukittinggi masing-masing berada pada peringkat ke-9 dan ke-6 dari 19 kota yang mengalami inflasi di Sumatera. Secara nasional, Kota Padang dan Bukittinggi masing-masing berada pada peringkat ke-21 dan ke-16 dari 68 kota yang mengalami inflasi.
Secara tahunan inflasi Oktober 2021 tercatat sebesar 1,50% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan realisasi September 2021 yang sebesar 1,75% (yoy). Sementara itu, secara tahun berjalan Januari s.d Oktober 2021 Sumatera Barat mengalami inflasi sebesar 0,31% (ytd), juga meningkat dibandingkan realisasi September 2021 yang mengalami deflasi sebesar -0,05% (ytd). Realisasi inflasi tahun berjalan Oktober 2021 ini, tercatat lebih rendah dibandingkan realisasi Oktober 2020 yang mencapai 0,92% (ytd).
Inflasi Sumatera Barat pada Oktober 2021 terutama didorong oleh inflasi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan nilai inflasi sebesar 0,72% (mtm) dan andil 0,22% (mtm). Inflasi pada kelompok ini disumbang oleh peningkatan harga pada komoditas cabai merah, minyak goreng, daging ayam ras, dan air kemasan dengan nilai andil inflasi masing-masing sebesar 0,26%, 0,09%, 0,03%, 0,02% (mtm). Komoditas cabai merah mengalami inflasi disebabkan oleh keterbatasan pasokan lokal akibat curah hujan yang tinggi. Sementara itu pasokan cabai merah dari Pulau Jawa terbatas seiring belum masuknya masa panen raya. Peningkatan harga komoditas minyak goreng terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas CPO global yang lebih lanjut mendorong peningkatan harga sawit lokal. Selain itu, keterbatasan pasokan akibat penurunan produksi sawit di tengah cuaca yang buruk juga turut berdampak pada kenaikan harga minyak goreng. Daging ayam ras mengalami inflasi disebabkan oleh kenaikan harga pakan yang mendorong peningkatan biaya produksi. Pada air kemasan, inflasi terutama didorong oleh peningkatan harga di tingkat produsen yang mendorong kenaikan harga di tingkat pedagang.
Kelompok lain yang tercatat mengalami inflasi adalah kelompok transportasi dengan andil inflasi sebesar 0,11% (mtm). Inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara dengan andil sebesar 0,12% (mtm). Angkutan udara mengalami kenaikan harga disebabkan oleh peningkatan permintaan di tengah penurunan level PPKM di Kota Padang dan beberapa kota di Sumatera Barat serta sebagian wilayah di Pulau Jawa sehingga lebih lanjut mendorong peningkatan mobilitas masyarakat.
Di sisi lain, inflasi lebih lanjut tertahan oleh deflasi pada komoditas bawang merah, tomat, telur ayam ras, mobil, dan emas perhiasan dengan andil deflasi masing-masing sebesar -0,05%, -0,04%, -0,04%, -0,03%, -0,02% (mtm).
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Barat secara aktif melakukan berbagai upaya pengendalian inflasi di daerah terutama dalam rangka menjaga daya beli masyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi di tengah Pandemi COVID-19.
Pada hari Jumat, 1 Oktober 2021, TPID Provinsi Sumatera Barat dan TPID Kabupaten Tanah Datar menerima kunjungan dari Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, Bapak Iskandar Simorangkir dalam rangka penyerahan TPID Award tahun 2021 kepada Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Tanah Datar. Program unggulan Toko Tani Indonesia Centre (TTIC) dari TPID Provinsi Sumatera Barat telah berhasil efektif mengendalikan harga di Sumatera Barat. Inovasi penjualan yang dilakukan secara online juga mendorong kelancaran distribusi bahan pangan terutama pada masa pandemi ketika kebijakan PSBB dan PPKM diterapkan. Nilai transaksi penjualan bahan pangan secara online tercatat terus meningkat didukung oleh sarana prasarana mobil box keliling dan kerjasama perusahaan transportasi online. Optimalisasi peran TTIC dalam pengendalian inflasi perlu terus ditingkatkan, salah satunya melalui penyelenggaraan kegiatan operasi pasar murah dari Dinas Pangan dalam bentuk 14.000 paket sembako bersubsidi 50% yang didistribusikan kepada masyarakat kalangan menengah ke bawah di wilayah Sumatera Barat. Sementara itu, program unggulan Kabupaten Tanah Datar menyasar pada sisi hulu dalam pengembangan komoditas unggulan cabai merah dan bawang merah yang merupakan komoditas utama penyumbang inflasi di Sumatera Barat.
Kedepan, diharapkan sinergi dan koordinasi TPID Provinsi, TPID Kabupaten/Kota di Sumatera Barat dengan Pemerintah Pusat dapat terus ditingkatkan dalam rangka pengendalian inflasi daerah terutama di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.
Discussion about this post