UTUSANINDO.COM, Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia membuat pasien positif maupun negatif Covid-19 sama-sama kesulitan mengakses layanan kesehatan dan kamar perawatan di rumah sakit di beberapa daerah kewalahan. Hal
menciptakan kedaruratan kesehatan dalam banyak hal. Mulai dari pasokan tabung oksigen yang terhambat, masyarakat yang kesulitan mendapat pelayanan kesehatan hingga tak sedikit pasien yang tak bisa diterima di rumah sakit. Jika diterimapun harus antre berjam-jam sebelum mendapat perawatan.
Menyikapi hal tersebut, anggota DPR RI dari Fraksi PAN merasa prihatin dengan berbagai kejadian penanganan pasien yang terkendala mendapatkan pelayanan optimal oleh Rumah Sakit. Pemerintah dan jajaran terkait harus segera mengatasi permasalahan ini.
Menurutnya, hal itu tidak lepas dari jumlah permintaan perawatan yang tiba-tiba melonjak dan di sisi lain fasilitas kesehatan yang tersedia tidak cukup menampung pasien. Kalau pun mereka memilih menunggu dan mereka hanya bisa menunggu di luar rumah sakit. Dan tidak sedikit pasien mengalami ‘penolakan’ dan harus ‘pontang panting’
berpacu dengan waktu mencari Rumah sakit yang lain demi menyelamatkan nyawa keluarganya. Tragisnya, sejumlah peristiwa ‘penolakan pasien’
berujung pada kematian. Ini sangat memiriskan, ujar Guspardi kepada awak media Selasa (28/7).
Seperti di laporan dari beberapa daerah, para pasien yang membutuhkan rawatan segera, banyak yang tidak tertolong. Seperti perjuangan Nurul Lita Dianasari (25) untuk melahirkan bayinya, berakhir dengan kehilangan nyawanya berikut juga bayinya. Perjuangan suaminya yang sudah kelimpungan kian kemari mencari rumah sakit di Kabupaten Pamekasan dan hasilnya nihil. Karena tidak ada Rumah Sakit yang menerima dengan alasan penuh. Kemudian Nur Ali (50) warga Dusun Pacet Utara, Mojokerto yang mengalami sesak napas pada pada Minggu (25/7) sekitar pukul 07.00 WIB. Namun, 9 rumah sakit yang ia datangi semuanya menolak merawat Ali dengan alasan stok oksigen menipis dan ruang perawatan penuh. Kondisi pasien sudah kritis dengan saturasi oksigen hanya 45 persen. Ali pun akhirnya meninggal dunia di rumah saudaranya sekitar pukul 11.30 WIB sebelum sempat mendapatkan asupan oksigen yang telah dibeli anggota keluarganya.
Di daerah lainnya kejadian serupa muncul bergantian, menandakan betapa mengerikannya virus ini menerjang kehidupan masyarakat. Di Surabaya, misalnya, seorang pasien meninggal setelah gagal memperoleh perawatan intensif di rumah sakit, setelah lebih dari lima kali mencari pertolongan. Di Jawa Barat, kasus serupa juga terjadi. Seorang warga meninggal dunia di taksi online karena tidak berhasil mendapat pelayanan dari rumah sakit akibat penuh. Pasien wanita lanjut usia bernama Kokom itu diketahui mengalami sesak nafas. Dan saya yakin kasus serupa masih banyak lagi terjadi di berbagai daerah di Indonesia. ujar Politisi PAN ini.
Legislator asal Sumatera Barat itu menambahkan, sekelumit cerita pasien yang berakhir tragis diatas menandakan layanan kesehatan kita sudah memasuki fase kritis dan tidak mampu lagi berfungsi optimal. Ruang rawat rumah sakit penuh, antrian pasien berjejal, sementara pasien baru terus berdatangan. Belum lagi kelangkaan oksigen dan obat-obatan serta keterbatasan nakes. Berbagai persoalan ini harus mendapatkan perhatian serius, sayangnya pemerintah belum mampu mengatasi akar permasalahannya.
Untuk itu, Pemerintah harus segera mengambil langkah darurat untuk menyelamatkan rakyat dan sistem kesehatan kita. Negara harus hadir dan mampu memberikan pelayanan optimal merawat semua pasien, demi kesehatan dan keselamatan rakyatnya pungkas anggota komisi II DPR RI tersebut.
Discussion about this post